BEM STMIK
PRINGSEWU : ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1437 H
BEM STMIK PRINGSEWU – Kamis (12/5), pada bulan Rajab ini Badan Eksekutif
Mahasiswa STMIK Pringsewu melaksanakan pengajian Isra’ Mi’raj dengan penceramah
Ust. Muhammad Ghozali, CH yang dihaidiri oleh Bapak/Ibu Dosen serta mahasiswa/i
STMIK Pringsewu, pada bulan Rajab ini ada satu peristiwa yang tidak boleh
dilupakan oleh setia umat manusia, karena bulan Rajab itu terjadilah peristiwa
besar yang pernah dijalankan oleh Rasulullah pada abad-abad yang silam yaiu
Isra’ Mi’raj, ucap Cahya Ari (Presiden Mahasiswa).
Isra’ Mi’raj
merupakan dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam
waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi
umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Islam
merupakan agama yang sangat memperhatikan segala aspek kehidupan. Segalanya
telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT. Cakupan aspek yang diatur
itu dimulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi. Itu diatur agar kita bisa
menjalani kehidupan dengan teratur, baik, dan bermanfaat.
Aspek yang
cukup diperhatikan dalam Islam adalah pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat.
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits:
Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik
muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah).
Ilmu juga
berkaitan dengan perkembangan teknologi. Sampai sekarang, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah berkembang pesat. Kemajuan IPTEK itu
sendiri didominasi kuat oleh peradaban orang Barat. Sedangkan negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara
berkembang.
Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman dahulu, ini merupakan suatu kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman dahulu, ini merupakan suatu kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern
industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat.
Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Perkembangan iptek, adalah hasil
dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek (Agus, 1999). Kesejahteraan dan kemakmuran material
(fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat
banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa
dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis
multidimensional yang diakibatkannya. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang
membuat negara maju lebih maju dibanding dengan negara berkembang.
Kemajuan
iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan
memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat
dipungkiri. Akan tetapi kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam
yang mewarisi ajaran suci Illahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di
masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya
sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan
dan Ipteknya).
Tak sedikit
yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan
dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan
perjudian. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting
untuk ditengok kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar